BAB I
SISTEM OPERASI JARINGAN
A.
Tujuan
Pembelajaran
1. Melalui diskusi dan penjelasan diharapkan
peserta didik mampu memahami mengenai konsep sistem operasi jaringan
2. Melalui diskusi dan penjelasan diharapkan
peserta didik mampu memahami mengenai Jenis system operasi open source dan
close source
3.
Melalui praktek dan penjelasan diharapkan peserta didik mampu melakukan
instalasi system operasi jaringan
B. Konsep Sistem Operasi Jaringan
Sistem operasi server, tidak
berbeda
layaknya seperti sistem
operasi
desktop biasa. Mereka bisa dipasang berbagai macam aplikasi, digunakan
untuk manipulasi teks, bermain game.
Hanya saja, mereka dikhususkan untuk menangani jaringan lebih cepat dari biasanya, dengan mengorbankan
beberapa fitur sistem
operasi desktop.
Kenapa
harus
menggunakan sistem
operasi
server? Pasalnya, sistem
operasi server telah dikhususkan untuk keperluan jaringan, kemampuan mereka
sudah dioptimalkan
untuk mengatasi hubungan dengan
jaringan.
Seperti multi-user, kemanaan, stabilitas
dan kolaborasi
Sistem operasi jaringan memiliki kakrakteristik sebagai berikut:
- Mendukung penggunaan oleh
lebih dari satu user
- Menjalankan aplikasi yang
mampu digunakan oleh lebih dari satu user
- Stabil (robust),
dimana kecil kemungkinan
untuk terdapat error
pada program.
Robustness adalah istilah untuk menunjukkan
kemampuan suatu sistem komputer menangani masalah yang terjadi selama digunakan
oleh user.
- Memiliki tingkat keamanan data
yang lebih tinggi dari sistem operasi desktop.
Berikut ini adalah sistem operasi jaringan yang banyak digunakan saat
ini.
- UNIX/Linux,
ini merupakan sistem operasi yang paling banyak digunakan sebagai server saat
ini, contoh sistem operasi jaringan dengan linux diantaranya adalah Red Hat,
Caldera, SuSE, Debian, Fedora, Ubuntu dan Slackware.
- Novell Netware,
di tahun 1980-an,
ini merupakan sistem
operasi pertama yang memenuhi semua persyaratan untuk
membangun sebuah jaringan komputer lokal.
- Microsoft
Windows, masih dari perusahaan yang sama, Microsoft juga mengeluarkan Windows
Server sebagai sistem operasi jaringannya, mulai dari versi awalnya adalah Windows
Server 2000, hingga yang terakhir Windows Server 2012.
Selain memiliki fungsi-fungi manajemen diatas, sistem operasi modern juga dapat memiliki
kemampuan sebagai
berikut:
- Multi-user – dua atau lebih user dapat bekerja sama untuk saling berbagi pakai
penggunaan aplikasi dan sumber daya seperti printer pada
waktu yang bersamaan.
- Multi-tasking – sistem operasi
dapat menjalankan lebih
dari satu aplikasi user.
- Multi-processing – sistem operasi dapat menggunakan lebih dari satu CPU (Central Processing Unit).
- Multi-threading – setiap
program
dapat
dipecah
ke dalam
thread-thread untuk kemudian dapat dijalankan secara terpisah (pararel) oleh sistem operasi. Kemampuan ini
juga termasuk bagian dari
multitasking pada aplikasi.
Sistem Operasi 32-bit dan 64-bit
Terdapat dua perbedaan antara
sistem operasi 32-bit dan 64-bit.
- Sistem operasi 32-bit hanya mampu menerima RAM maksimal 4 GB, sedangkan
sistem operasi 64-bit mampu menggunakan lebih
dari 128 GB RAM.
- Manajemen memori dari sistem 64-bit juga lebih baik, sehingga mampu menjalankan
proses pada aplikasi lebih cepat.
Windows, Ubuntu dan
OpenSuSE merupakan beberapa contoh
sistem operasi yang mendukung arsitektur 32-bit.
2. Prinsip
dan cara kerja system operasi jaringan
Sistem operasi server bekerja secara
kritikal, harus terus menyediakan layanan pada pengguna. Pemilihan sistem
operasi yang tepat menentukan kekuatan server untuk melayani pengguna.
Sistem operasi server merupakan pondasi
awal dari sistem server. Di atas sistem operasi server bisa dipasang aplikasi
yang mendukung kebutuhan sistem, seperti web server, ftp, dns, dsb.
Sistem operasi dipilih berdasarkan
kemampuan administrasi, keamanan, stabilitas, fitur, skalabilitas, dan dukungan
aplikasi pihak ketiga. Dengan aplikasi ini, sistem operasi bisa memberikan
kemampuan seperti berbagi file dan printer, melayani penyimpanan data, layanan
web, perpesanan, terminal, dsb.
Vendor
server menetapkan lisensi
masing-masing, pemilihan lisensi yang
tepat mempengaruhi faktor
skalabilitas server kita. Lisensi tiap vendor berbeda-beda, ada yang
menetapkan berdasarkan jumlah pengguna, ada yang menetapkan berdasarkan jumlah
CPU, dsb.
C. Intalasi System Operasi Jaringan
Menggunakan Virtual Box
Pada praktikum ini akan dilakukan instalasi
sistem operasi Debian dengan menggunakan virtualisasi. Persiapan yang perlu
dilakukan diantaranya adalah:
- Sistem operasi yang digunakan untuk
instalasi ini adalah linux Debian
- Aplikasi VirtualBox, yang digunakan
saat ini adalah versi 4.3.6 r91406. Unduh aplikasinya di alamat
http://www.virtualbox.org.
-
File
image Debian dalam format ISO. Versi yang digunakan saat ini adalah Debian
Wheezy 7.3 (debian-7.3.0-i386-DVD-1.iso). File-nya dapat diunduh pada alamat
http://debian.org. Apabila ingin menggunakan distro lainnya disarankan untuk
membaca panduan instalasi yang disertakan pada situsnya atau forum diskusi
terkait.
-
Demi
kelancaran proses instalasi, koneksi internet sementara dapat dinonaktifkan.
-
Pastikan ada ruang kosong minimal 8 GB, misalnya pada
kasus ini komputer virtual akan disimpan di drive D karena masih memiliki ruang
kosong sebesar 11 GB.
Langkah - langkah instalasinya akan
dibagi menjadi 5 tahapan besar, yakni:
- Konfigurasi virtualbox untuk
melakukan menempatkan file komputer virtual pada drive D
- Pembuatan komputer virtual debian
- Penyertaan file image Debian
- Penentuan urutan booting
- Instalasi Debian
Konfigurasi
VirtualBox
Tahapan ini dapat dilewati jika
ingin menyimpan komputer virtual di lokasi bawaan VirtualBox, yakni di drive
System Windows (biasanya drive C). Apabila menggunakan sistem Linux, secara
default lokasi instalasi komputer virtual ada di lokasi direktori home
masing-masing user (biasanya di filesystem /home).
1. Pastikan aplikasi
VirtualBox telah terinstal. Bukalah aplikasi VirtualBox.
2. Buka menu File > Preferences…
atau dapat dengan menekan Ctrl + G.
3. Pada tab General > untuk
input Default Machine Folder pilih opsi Other kemudian tentukan lokasi file
komputer virtual akan disimpan, misalnya pada lokasi D:\DATA\VirtualBoxDisk.
4. Untuk menyelesaikan tekan OK.
Pembuatan
Komputer Virtual Debian
1.
Pada
aplikasi VirtualBox buka menu Machine > New atau toolbat New atau tekan Ctrl
+ N untuk membuat komputer virtual baru.
2.
Pada
window yang muncul, untuk entri Name: isikan dengan “debian” tanpa tanda kutip
seperti gambar berikut. Selanjutnya klik Next.
3.
Pada
window berikutnya, isikan memori maksimal dari komputer ini yang akan digunakan
untuk menjalankan komputer virtual ubuntu. Pada kasus ini isikan dengan 512 MB,
disarankan kalau mampu isikan nilai 1024 MB, yang penting tidak melewati batas
hijau dari bar
4. Pada
window berikutnya, penentuan besarnya harddisk yang akan digunakan untuk
komputer virtual ubuntu. Pilih Create a virtual hard drive now
5.
Pada
window berikutnya, pilihlah jenis hard drive VDI (VirtualBox Disk Image).
Kemudian klik Next.
6.
Pada
window yang muncul pilih Dynamically allocated, kemudian klik Next.
7. Pada
window ini, biarkan tetap 8 GB untuk ukuran hard drive-nya. Klik Create untuk
melanjutkan.
Penyertaan
File Image Debian ke Komputer Virtual
1. Masih pada aplikasi VirtualBox,
klik kanan pada komputer virtual debian yang baru saja dibuat kemudian pilih
Settings….
2. Pada window yang tampil pilih tab
Storage dan klik tree Emtpy yang berada di bawah Controller: IDE.
3.
Klik
tombol untuk mencari file image Debian yang telah didownload sebelumnya.
4. Terakhir klik tombol OK untuk
menyelesaikan.
Penentuan
Urutan Booting
Langkah ini penting dilakukan untuk
dapat mengatur urutan pencarian booting sistem operasi.
1. Dari aplikasi virtualbox akses
kembali window Settings dari komputer virtual debian.
2.
Pilih
tab System dan pastikan pilihan Boot order menempatkan CD/DVD diatas Hard Disk,
apabila belum klik CD/DVD dan gunakan tombol atau untuk menaikan atau
menurunkan, sehingga seperti tampilan berikut.
3. Kemudian
klik OK untuk menyelesaikan. Dengan ini booting akan lebih dulu mencari ke
CD/DVD dibandingkan Hard Disk. Selanjutnya lakukan instalasi system operasi
Debian seperti biasa
D. Manajemen
User dan Group
Level administrasi tertinggi ada pada akun
utama sebagai super user, yaitu root. Root memiliki kemampuan untuk membuat
user baru, ataupun menghapus user yang sudah ada.
Perintah adduser digunakan untuk menambahkan
user baru. Caranya dengan mengetik adduser
<nama_pengguna> , maka akan membuat user baru dengan nama yang sudah
dimasukkan.
Setelah nama pengguna
dimasukkan, maka diminta untuk memasukkan kata sandi untuk pengguna tersebut,
dan informasi yang berkaitan denganya.
Ketikan logout untuk
keluar dari sesi
root. Lalu masuk
sebagai pengguna yang baru saja dibuat, dalam kasus ini nama penggunanya
adalah bill dengan kata sandi gates.
Sebelumnya, saat kita masuk sebagai root, prompt dari command line
berbentuk
Namun saat kita sudah berganti user, dan
masuk sebagai bill, maka
prompt dari command line berbentuk
Tanda
~
atau tilde, menunjukkan
posisi direktori yang
sedang aktif. Dalam kasus ini
bill tidak aktif didirektori manapun.
Sekarang, coba logout dan masuk lagi
sebagai root. Ketikkan perintah berikut,
Administrasi
Group
Beberapa user yang memiliki hak akses yang sama, bisa
dimasukkan kedalam sebuah group.
Group sangat berfungsi
sehingga kita tidak perlu membatasi hak akses terhadap user
satu per satu.
Untuk membuat group, ketikkan perintah
berikut.
KONFIGURASI ALAMAT IP
Ada dua jenis
konfigurasi alamat IP yang dapat diterapkan, yakni Otomatis melalui server DHCP
dan manual.
Konfigurasi Otomatis
Melalui Server DHCP
1. Bukalah file /etc/network/interfaces
menggunakan nano.
nano /etc/network/interfaces
2. Tambahkan atau modifikasi baris berikut pada
file. Sesuaikan eth0 dengan perangkat jaringan yang terdeteksi oleh Debian.
auto eth0
allow-hotplug eth0
iface eth0 inet dhcp
3.
Tutup dan simpan file yang telah diedit tersebut. Setelah itu, jalankan
perintah berikut
untuk mengaktifkan konfigurasi alamat IP
yang telah dibuat.
Konfigurasi Alamat IP Manual
1.
Buka kembali file /etc/network/interfaces dan tambahkan/modifikasi baris
berikut. Pada contoh ini alamat
yang digunakan adalah
192.168.56.112/24 dengan gateway 192.168.56.100. Sesuaikan kembali
konfigurasi ini untuk alamat yang berbeda.
auto eth0
iface eth0 inet static
address
|
192.168.56.112
|
netmask
|
255.255.255.0
|
gateway
|
192.168.56.1
|
2.
Setelah selesai simpan
dan restart kembali
servis jaringan menggunakan
perintah sebelumnya.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya
konfigurasi yang telah dibuat, gunakan perintah berikut ini.
# If config
Daftar Pustaka
2. 2017. Buku
ajar/Modul Sistem Administrasi jaringan kelas XI.Surakarta. Putra Nugraha
3. Kadek
Surya Pranata, 2013. System Operasi Jaringan, Malang, P4TK BOE/VEDC Malang